Lingkungan sehat & bersih sudah jelas merupakan dambaan kita semua.
Mewujudkan
lingkungan sejatinya haruslah dimulai dari diri sendiri. Langkah
paling sederhana yang bisa diterapkan untuk menciptakan lingkungan bersih
adalah dengan membuang sampah pada tempatnya. Simple sih, tapi diperlukan kesadaran
dari setiap orang untuk bisa melakukannya.
Padahal
sudah jelas, lingkungan bersih dan bebas dari timbunan sampah selain dapat
menghindarkan kita dari berbagai kuman penyakit, juga dapat terhindar dari
bencana banjir di musim hujan. Salah satu penyebab utama terjadinya banjir kan
karena banyaknya sampah berserakan sehingga menghambat aliran air. Malesin.
Sampah
dalam kondisi berserakan atau tertimbun kadang memang membuat mata kita gerah
untuk melihatnya, ya gak sih? Makanya kita harus melakukan berbagai upaya agar
sampah tersebut bisa lebih bermanfaat. Melakukan daur ulang merupakan salah
satu langkah sederhana yang bisa kita lakukan. 3R Reduce, Reuse & Recycle.
Contohnya
untuk ibu rumah tangga kayak gue gini, belanja ke mini market wajin membawa
kantung sendiri, biar irit plastik. Dan ketika bepergian pun sebisa
mungkin membawa botol minum sendiri, supaya gak perlu membeli botol minum kemasan.
Terkesan sederhana, tapi lumayan banyak manfaatnya lho! Sebenarnya sih gue pengen banget mencari pengetahuan yang lebih dalam seputar pengelolaan sampah.
Untunglah
pada hari Minggu tanggal 19 November 2017, gue berkesempatan untuk hadir di
event keren yang diadakan oleh Balitbang PUPR dalam rangka memperingati Hari
Bakti PU ke-72. Acara yang diadakan di Car Free Day Dago tersebut sangat
meriah. Selain diadakan jalan santai, senam aerobic, games dan phootoboth,
terdapat juga diskusi ringan seputar banjir, sampah dan limbah plastik.
Ternyata lumayan banyak juga inovasi teknologi yang telah dilakukan oleh Balitbang PUPR yang
belum gue ketahui. Di antaranya yang paling seru sih, gue baru tahu bahwa
ternyata limbah plastik dapat dimanfaatkan menjadi bahan campuran untuk aspal. Limbah
plastik (kresek) type LDPE dapat dimanfaatkan pada campuran beraspal dengan
metoda kering (dry process) untuk meningkatkan kinerja campuran beraspal.
Selain
itu gue juga beruntung sekali karena berkesempatan untuk berbincang-bincang
santai dengan ibu Nur Fizili Kifli
dan bapak Eko Binar dari Puslitbang Sumber Daya Air. Walaupun
obrolan kita singkat dan terasa santai, tapi gue merasa banyak ilmu yang bisa
diperoleh dari beliau.
Ibu
Nur menjelaskan panjang lebar tentang Bangunan Penyedia Air Baku Mandiri atau
teknologi yang disebut ABSAH yang
juga merupakan kepanjangan dari Bangunan Akuifer buatan Simpanan Air Hujan.
Bangunan
ABSAH adalah hasil penelitian dari Puslitbang Sumber Daya Air yang merupakan
bangunan konservasi dan sekaligus pendayagunaan air. Bangunan ini dapat
menirukan aliran air yang terjadi di alam berupa : aliran air tanah alami,
aliran air tanah di sekitar sumur gali/bor, ailran mata air, proses hidrologi
di aliran sungai, proses penyaringan fisik di alam, proses penambahan mineral
di alam, proses fisik, kimia & biologi.
Bapak
Eko juga memberikan penjelasan yang sangat komprehensif seputar teknologi Ecotech Garden atau Tanaman Penyerap
Limbah Rumah Tangga.
Ecotech
Garden adalah salah satu teknologi alternatif hasil penelitian Puslitbang
Sumber Daya Air yang merupakan pengolahan air selokan (grey water) atau
effluent tangki septic dengan menggunakan tanaman hias air.
Kalau
dipikir-pikir benar juga sih. Sayang juga kalau kita menyiram tanaman dengan
air biasa, Kalau ada teknologinya sih mending menggunakan air limbah rumah
tangga yang sudah diolah saja. Kriteria tanaman untuk Ecotech Garden sih bebas,
asalkan jangan tanaman pangan. Fungsi dari Ecotech
Garden selain bisa menyerap limbah dan menghasilkan air yang bagus, juga
dari segi estetika.
Gue juga sempat bertanya tentang berbagai jenis limbah domestik yang terdapat dalam
rumah tangga seperti air bekas cucian. Menurut Bapak Eko, saat ini sayangnya
deterjen yang dipergunakan oleh masyarakat kebanyakan bukanlah deterjen yang
mengandung biodegradable.
Deterjen
non-biodegradable banyak dipergunakan
selain karena harganya murah, juga karena budaya masyarakat kita yang
menganggap bahwa sabun dengan banyak busa berarti akan lebih bersih. Waduh,
saya termasuk tuh. Padahal menurut bapak Eko, deterjen seperti itu tidak dapat
terolah secara biologis. Itulah yang menyebabkan sungai-sungai kita jadi banyak
busanya. Semoga sih dengan adanya edukasi yang tepat, masyarakat dapat secara
perlahan beralih ke deterjen
biodegradable sehingga limbah domestik dapat sedikit berkurang.
Sebenarnya
masih banyak sekali materi menarik yang ingin saya dapatkan. Teman-teman yang
lain berkesempatan untuk mendapatkan informasi dari nara sumber yang
berbeda-beda. Ada materi tentang Program Pengembangan Kota Hijau, Teknologi
Rumah Sehat RISHA dan masih banyak lagi. Tapi sayangnya karena keterbatasan
waktu, kita tak sempat untuk menuntaskan diskusi menarik tersebut.
Senang
sekali karena dilibatkan dalam program Balitbang PUPR untuk dapat
mengkampanyekan lingkungan yang sehat dengan inovasi teknologi. Menciptakan
lingkungan yang sehat merupakan tanggung jawab semua orang, bukan hanya
pemerintah saja. Pemerintah melalui berbagai kebijakannya telah berupaya untuk
menciptakan berbagai teknologi yang dapat kita manfaatkan. Selanjutnya
merupakan tugas kita untuk menumbuhkan kesadaran dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Semoga dapat segera terwujud yah!
Materi ini sangat bermanfaat untuk linkungan hidup sehat sangat bermanfaat
BalasHapusIzin promosi web
storeindri.simplesite.com